Senin, 06 Februari 2012

keragaman jenis


A.       Pengertian keragaman jenis

Keragaman jenis disebut juga keheterogenan jenis, merupakan ciri yang unik untuk menggambarkan struktur komunitas di dalam organisasi kehidupan.  Suatu komunitas dikatakan mempunyai keragaman jenis tinggi, jika kelimpahan masing-masing jenis tinggi dan sebaliknya keragaman jenis rendah jika hanya ter-dapat beberapa jenis yang melimpah.


B.       Indeks keragaman jenis

Indeks keragaman jenis (H’) menggambarkan keadaan populasi organisme secara matematis, untuk mempermudah dalam menganalisa informasi-informasi jumlah individu masing-masing jenis dalam suatu komunitas.  Diantara Indeks ke-ragaman jenis ini adalah Indeks keragaman Shannon – Wiener.
Ada 2 indeks keragaman yang umum,
1.      Indeks ekuitabilitas : indeks keseragaman /pemerataan
2.      Indeks dominansi : indeks yang paling banyak /umum

Perbandingan antara keragaman dan keragaman maksimum dinyatakan se-bagai keseragaman populasi, yang disimbulkan dengan huruf E.  Nilai E ini berki-sar antara 0 – 1.  Semakin kecil nilai E, semakin kecil pula keseragaman populasi, artinya penyebaran jumlah individu setiap jenis tidak sama dan ada kecenderungan satu spesies mendominasi, begitu pula sebaliknya semakin besar nilai E maka tidak ada jenis yang mendominasi.  Untuk melihat dominasi suatu spesies digunakan indeks dominansi (C).
Berdasarkan nilai indeks keragaman jenis zoobentos, yang dihitung berdasarkan formulasi Shannon-Wiener, dapat ditentukan beberapa kualitas air.  Wilhm (1975) menyatakan bahwa air yang tercemar berat, indeks keragaman jenis zoobentosnya kecil dari satu.  Jika berkisar antara satu dan tiga, maka air tersebut setengah tercemar.  Air bersih, indeks keragaman zoobentosnya besar dari tiga.  Staub et all.  dalam Wilhm (1975) menyatakan bahwa berdasarkan indeks keragaman zoobentos, kualitas air dapat dikelompokkan atas: tercemar berat (0<H’<1), setengah tercemar (1<H’<2), tercemar ringan (2<H’<3) dan tercemar sangat ringan (3<H<4,5).  Kisaran nilai H’ tersebut merupa-kan bagian dari penilaian kualitas air yang dilakukan secara terpadu dengan faktor fisika kimia air.  Sedangkan Lee et all. (1978) menyatakan bahwa nilai indeks keragaman (H) pada perairan tercemar berat, kecil dari satu (H<1), tercemar sedang (1,0 – 1,5), tercemar ringan (1,6 – 2,0), dan tidak tercemar H besar dari dua (H>2,0).
Untuk mendapatkan gambaran hubungan antara faktor fisika dan kimia dan struktur komunitas makrozoobentos dilakukan dengan menggunakan analisis regresi.  Analisa lebih detail dapat dilakukan dengan “principle components analysis”.  Dari gambaran ini diharapkan dapat diungkapkan jenis-jenis makrozoobentos yang diduga dapat digunakan sebagai indikator kualitas perairan serta faktor fisika kimia apa saja yang terutama mempengaruhi keberadaan makrozoobentos di perairan tersebut. 

C.     Kekayaan jenis

Merupakan ukuran banyak sedikit keragaman suatu jenis hewan yang terdapat dalam suatu tempat hidupnya dalam waktu tertentu. Hal – hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
1.      Daya reproduksi
2.      Ketersedian makanan
3.      Kemampuan beradaptasi
4.      Banyaknya pemangsa

D.    Aplikasi keragaman dan kekayaan jenis

Informasi tentang jenis – jenis organisme suatu komunitasnya belum menggambarkan keragamannya. Kalau hal itu tidak dilengkapi dengan informasi tentang banyaknya individu setiap populasi atau jenis organisme penyusunnya.
Sebagai contoh, andaikan kita meneliti komunitas hewan protozoa di dua kolam, dan di dalam sampel air yang diambil masing – masing ditemukan empat macam jenis organisme seperti : Amoeba, paramecium, stentor, dan euglena. Andaikan pada sampel yang berasal dari kolam yang satu jumlah individu keempat jenis organisme itu sama, sedangkan jumlah individu antara keempat jenis di kolam yang kedua tidak sama, kita tidak dapat mengatakan bahwa keragaman komunitas protozoa di kedua kolam itu sama.
Dengan demikian komposisi atau karakteristik komunitas ditentukan oleh banyaknya jenis organisme dan perbandingan jumlah individu tiap jenis dengan jumlah individu seluruh jenis.





















DAFTAR PUSTAKA

Susanto, pudyo. 2000. Pengantar Ekologi Hewan. Jakarta : DIRJEN Perguruan Tinggi.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar